Mengamalkan Tauhid Dengan Semurni-Murninya, Pasti Masuk Surga Tanpa Hisab
BARANGSIAPA MENGAMALKAN TAUHID DENGAN SEMURNI-MURNINYA, PASTI MASUK SURGA TANPA HISAB
Oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Firman Allah Ta’ala:
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang menjadi teladan, senantiasa patuh kepada Allah dan menghadapkan diri ; dan sama sekali ia tidak pernah termasuk orang-orang yang berbuat syirik . [An-Nahl/16: 120]
وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ
Dan orang-orang yang mereka itu tidak berbuat syirik kepada Tuhan mereka. [Al-Mu’minun/23: 59]
Hushain bin ‘Abdurrahman menuturkan:
Suatu ketika aku berada di sisi Sa’id bin Jubair, lalu ia bertanya: Siapakah diantara kalian melihat bintang yang jatuh semalam? Aku pun menjawab: Aku. Kemudian kataku: Ketahuilah, sesungguhnya aku ketika itu tidak dalam keadaan shalat, tetapi terkena sengatan kalajengking. Ia bertanya: Lalu apa yang kamu perbuat? Jawabku: Aku meminta ruqyah [1]. Ia bertanya lagi: Apakah yang mendorong dirimu untuk melakukan hal itu? Jawabku: Yaitu : Sebuah hadits yang dituturkan oleh Asy-Sya’bi kepada kami. Ia bertanya lagi: Dan apakah hadits yang dituturkan kepadamu itu? Kataku: Dia menuturkan kepada kami hadits dari Buraidah ibn Al-Hushaib:
لارقية إلا من عين أو حمة
Tidak dibenarkan melakukan ruqyah kecuali karena ‘ain [2] atau terkena sengatan
Sa’id pun berkata: Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa yang telah didengarnya; tetapi Ibnu ‘Abbas menuturkan kepada kami hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
حدثنا ابن عباس عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال ” عرضت علي الأمم فرأيت النبي ومعه الرهط والنبي ومعه الرجل والرجلان والنبي وليس معه أحد إذ رفع لي سواد عظيم فظننت أنهم أمتي فقيل لي هذا موسى وقومه فنظرت فإذا سواد عظيم فقيل لي هذه أمتك ومعهم سبعون ألفاً يدخلون الجنة بغير حسان ولا عذاب ثم نهض فدخل منزله فخاض الناس في أولئك فقال بعضهم فلعلهم الذين صحبوا رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال بعضهم فلعلهم الذين ولدوا في الإسلام فلم يشركوا بالله شيئاً وذكروا أشياء فخرج عليهم رسول الله صلى الله عليه وسلم فأخبروه فقال هم الذي لا يسترقون ولا يكتوون ولا يتطيرون وعلى ربهم يتوكلون فقام عكاشة بن محصن فقال ادع الله أن يجعلني منهم قال أنت منهم ثم قام رجل آخر فقال ادع الله أن يجعلني منهم فقال سبقك بها عكاشة
Baca Juga Tauhid Jalan Kebahagiaan dan Keberkahan di Dunia dan Akhirat
Telah dipertunjukkan kepadaku umat-umat. Aku melihat seorang nabi, bersamanya beberapa orang; dan seorang nabi, bersamanya satu dan dua orang; serta seorang nabi, dan tak seorangpun bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku suatu jumlah yang banyak; akupun mengira bahwa mereka itu adalah umatku, tetapi dikatakan kepadaku: Ini adalah Musa bersama kaumnya. Lalu tiba-tiba aku melihat lagi suatu jumlah besar pula, maka dikatakan kepadaku: ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang mereka itu masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Kemudian bangkitlah beliau dan segera memasuki rumahnya. Maka orang-orangpun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Ada diantara mereka yang berkata: Mungkin saja mereka itu yang menjadi sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada lagi yang berkata: Mungkin saja mereka itu orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam, sehingga tidak pernah mereka berbuat syirik sedikitpun kepada Allah. Dan mereka menyebutkan lagi beberapa perkara. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Maka beliau bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempel dengan besi yang dipanaskan, tidak melakukan tathayyur [3] dan mereka pun bertawakkal kepada Tuhan mereka”. Lalu berdirilah ‘Ukasyah bin Mihshan dan berkata: Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka. Beliau menjawab: kamu termasuk golongan mereka. Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata: Mohonkanlah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka. Beliau menjawab: Kamu sudah kedahuluan ‘Ukasyah. [4]
Kandungan Bab ini:
1. Mengetahui adanya tingkatan-tingkatan manusia dalam tauhid.
2. Pengertian mengamalkan tauhid dengan semurni-murninya.
3. Sanjungan Allah Ta’ala kepada Nabi Ibrahim, karena sama sekali tidak pernah termasuk orang-orang yang berbuat syirik kepada Allah.
4. Sanjungan Allah kepada para tokoh wali , karena bersihnya diri mereka dari perbuatan syirik.
5. Tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempel dengan besi yang dipanaskan dan tidak melakukan tathayyur adalah termasuk pengamalan tauhid yang murni.
6. Bahwa tawakkal kepada Allah Ta’ala adalah sifat yang mendasari sikap tersebut.
7. Dalamnya ilmu para sahabat karena mereka mengetahui bahwa orang-orang yang dinyatakan dalam hadits tersebut tidak dapat mencapai derajat dan kedudukan yang demikian itu kecuali dengan amal.
8. Gairah dan semangat para sahabat untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan amal kebaikan.
9. Keistimewaan umat Islam, dengan kuantitas dan kualitas.
10. Keutamaan pengikut Nabi Musa.
11. Umat-umat telah ditampakkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
12. Setiap umat dikumpulkan sendiri-sendiri bersama nabinya.
13. Bahwa sedikit orang yang mengikuti seruan para nabi.
14. Nabi yang tidak mempunyai pengikut, datang sendirian pada hari Kiamat.
15. Buah dari pengetahuan ini adalah: tidak silau dengan jumlah yang banyak dan tidak merasa kecil hati dengan jumlah yang sedikit.
16. Diperbolehkan melakukan ruqyah karena terkena ‘ain atau sengatan.
17. Dalamnya pengertian kaum Salaf, dapat dipahami dari kata-kata Sa’id bin Jubair: Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa yang telah didengarnya; tetapi…dst. Dengan demikian jelaslah bahwa hadits pertama tidak bertentangan dengan hadits kedua.
18. Kemuliaan sifat kaum Salaf karena ketulusan hati mereka, dan mereka tidak memuji seseorang dengan pujian yang dibuat-buat.
19. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Kamu termasuk golongan mereka , adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian beliau.
20. Keutamaan ‘Ukasyah.
21. Penggunaan kata sindiran. [5]
22. Keelokan budi pekerti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[Disalin dari buku: “Kitab At-Tauhid Al-Ladzi Huwa Haqqullah Alal-Abid” Edisi Indonesia Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad At-Tamimi. Penerbit: Kantor Kerjasama Da’wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418H]
_______
Footnote
[1]. Ruqyah, maksudnya disini ialah penyembuhan dengan pembacaan ayat-ayat Al Qur’an atau do’a-do’a.
[2]. Ain ialah pengaruh jahat yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang melalui matanya; disebut juga kena mata.
[3]. Tathayyur ialah merasa pesimis, merasa bernasib sial, atau beramal nasib buruk, karena melihat burung, binatang lainnya atau apa saja.
[4]. Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Muslim
[5]. Karena beliau bersabda kepada seorang yang lain: Kamu sudah kedahuluan ‘Ukasyah dan tidak bersabda kepadanya: Kamu tidak pantas untuk dimasukkan ke dalam golongan mereka.